Review Film Ghost Writer

Jadi Hantu karena Depresi


"Hantu kok gak ada wibawanya..."

Begitulah kira-kira keluhan Galih (diperankan oleh Ge Pamungkas), sesosok hantu yang merasa wibawanya telah hilang dalam film "Ghost Writer".

Sumber: movieden.net

Ghost Writer bercerita tentang Naya (Tatjana Saphira) yang tinggal bersama adiknya, Darto (Endi Arfian) yang baru saja pindah ke sebuah rumah kontrakan yang cukup besar dengan harga sewa yang murah. Naya merupakan seorang penulis yang sedang mempersiapkan dana untuk sekolah adiknya. Naya begitu menginginkan Darto sekolah di SMA yang terbaik menurutnya.

Sayangnya, naskah novel yang ia ajukan selalu ditolak oleh penerbit dan membuat keuangannya terhambat. Naya selalu menolak bantuan dari kekasihnya, Vino (Deva Mahendra). Hal itu dikarenakan idealismenya untuk tidak merepotkan orang lain.

Seperti biasa pada film horor umumnya, Naya dan adiknya mengalami gangguan supernatural di rumah kontrakannya tersebut. Gangguan-gangguan yang ada kemudian mengarahkan Naya pada buku harian milik Galih yang ditemukan di atap. 

Buku harian tersebut dianggap memiliki cerita menarik tentang seorang anak yang depresi dalam kehidupan keluarganya. Naya yang didorong oleh kekasihnya, Vino kemudian mencoba menjadikan tulisan di buku harian tersebut sebagai bahan cerita untuk naskah novelnya. Konflik cerita kemudian mulai terjadi sejak penemuan buku harian tersebut.

Sumber: idntimes.com

Film Ghost Writer merupakan film bergenre komedi-horor. Judul filmnya menjadi metafora dari makna ghost writer pada dunia penulisan. Pada film ini, kamu jangan berharap mendapatkan kengerian luar biasa seperti film-film horor lainnya. Unsur komedi begitu besar di film ini dibanding unsur horornya.

Unsur komedi yang lebih besar dapat terlihat dari sosok Galih. Sebagai hantu, dandanan Galih tidak seperti hantu di film horor pada umumnya. Entah karena ingin meminimalisir anggaran make-up atau memang sengaja, Galih didandani seperti bocah yang disiram bedak oleh ibunya. Konsep tersebut cukup unik karena melawan hantu arus utama (mainstream) di film horor lainnya.

Pada bagian awal film, cerita terasa terburu-buru dan juga scene gangguan hantu yang tidak jelas kelanjutannya. Tetapi selanjutnya kalian akan menikmati dan banyak tertawa dalam film ini karena candaan (jokes) yang ringan. Terbukti ketika saya menonton, seisi bioskop tertawa. Tetapi atmosfer horornya tetap masih terasa sehingga pantaslah film ini menyandang genre komedi-horor.

Selain unsur komedi dan horor, film ini juga dapat dibilang mempunyai unsur dramanya. Seperti film produksi Ernest sebelumnya, pola cerita Ghost Writer agak sama dengan pola cerita Cek Toko Sebelah ataupun Susah Sinyal. Emosi penonton pada awal film akan dibawa ke komedi dan juga penonton akan merasa sedih di bagian akhir.

Emosi haru penonton coba dimunculkan dengan adanya kisah Galih si hantu. Pada film, Galih dikisahkan meninggal bunuh diri karena depresi selepas kematian adiknya. Ia merasa bersalah atas kematian adiknya. Selain itu Galih juga mempunyai konflik dengan orang tuanya. Dari situ kita akan melihat adanya konflik keluarga yang coba diangkat.

Sumber: idntimes.com

Bagi saya film ini cukup menarik karena perpaduan komedi-horor yang pas. Film ini berhasil keluar dari imej komedi-horor yang norak dan mesum. Selain itu, konflik keluarga dan masalah depresi merupakan hal yang menarik untuk diangkat. Kita akan belajar dari Galih dan kisahnya untuk berdamai dengan permasalahan yang ada.

Bagi kamu yang belum menonton, film ini sangat cocok untuk liburan. Selain itu film ini ramah keluarga. Film ini dijamin akan menghibur kamu dengan ceritanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dakwah Islam di Indonesia dan Dakwah Era Kemerdekaan

Politik Isolasi Jepang Pada Masa Pemerintahan Tokugawa

Sejarah Flu Burung di Dunia