Restorasi Meiji: Perubahan Fundamental Jepang

Ketika masa pemerintahan Tokugawa dalam kebijakan politik isolasinya, hanya pulau Deshima di Nagasaki yang dibuka untuk orang asing dan itu hanya diberikan izin kepada China dan Belanda. Perlu diketahui bahwa adanya Belanda di Nagasaki berperan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern di Jepang. Choshu dan Satsuma merupakan penghasil generasi yang sadar akan perlunya ilmu pengetahuan Barat. Satsuma karena terletak dekat dengan Nagasaki yaitu di Kyushu membuat mereka mempunyai hubungan dengan orang-orang Belanda yang berdagang di Nagasaki. Choshu dan Satsuma menghasilkan generasi-generasi yang memahami ilmu pengetahuan dari Barat yang nantinya menjadi pelopor penggulingan kekuasaan Tokugawa yang membuat kekuasaan dikembalikan kepada Tenno Heika (Kaisar) pada 1868.

Tokoh-tokoh seperti Ito Hirobumi, Shinagawa Yaziro, Hirazawa Maomi, dan Yoshiba Shoin merupakan pemuda dari Choshu yang termasuk samurai golongan bawah. Karena golongannya mereka menjadi seseorang yang berjiwa patriotik terhadap bangsanya. Beberapa dari mereka pernah merasakan pergi ke Eropa dan AS. Pengalaman yang mereka dapatkan tentunya menjadi pengalaman yang merubah pandangan mereka tentang ketertinggalan bangsa Jepang terhadap bangsa Barat. Pertemuan antara pemuda Choshu dengan Satsuma di Yamaguchi pada 1867 yang dipelopori oleh Sakamoto Ryoma menghasilkan suatu kesepakatan yaitu akan meruntuhkan kekuasaan Tokugawa dan menyerahkan kekuasaan kepada Tenno Heika.
Lukisan yang mengilustrasikan suasana Restorasi Meiji
Sumber: http://edtech2.boisestate.edu 

Gerakan setelah runtuhnya kekuasaan Tokugawa terus berlanjut untuk mewujudkan Jepang yang lebih baik. Restorasi Meiji yang dimaknai sebagai masa pencerahan berhasil secara signifikan merubah Jepang menjadi setara dengan negara Barat. Semboyan dari pendukung Kaisar/Tenno adalah sonno joi yang berarti hormati Tenno dan usir orang-orang biadab yaitu orang-orang barat. Selain itu juga diadakan semboyan fukoku kyohei yang berarti negara sejahtera. Para pemimpin disamping Tenno berpendapat bahwa semboyan sonno joi tidaklah secara sembarangan mengusir bangsa Barat. Tetapi diperlukan cara yang tepat untuk mengusir mereka yaitu dengan menyaingi kemajuan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, orang-orang Jepang dikirim ke Perancis, Jerman, dan Inggris untuk belajar di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Menirukan bangsa Barat dalam segala hal juga dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut.

Menurut Fukuzawa Yukichi, dengan rakyat Jepang menoleh pada bangsa Barat dan meninggalkan cara-cara timur (Asia), Jepang akan berhasil menyaingi bangsa Barat dalam segala hal. Hal itu nantinya yang akan menjadi proses modernisasi Jepang. Tetapi anehnya para pemimpin Jepang tidak mengkhawatirkan indetitas bangsanya. Hal itu dikarenakan menurutnya dengan mengikuti Barat itu seperti kita memakai pakaian saja tetapi tidak dengan merubah diri sendiri sehingga jiwa dan identitas bangsa Jepang tetap kuat. Lagipula hal itu dilakukan dengan alasan untuk mempertahankan identitas bangsa Jepang itu sendiri. Ditambah lagi kepribadian bangsa Jepang sudah disiapkan selama 2 abad lamanya pada masa politik isolasi.

Tenno Heika saat itu masihlah muda. Pemerintahannya tidaklah mutlak dia jalankan sendiri tetapi dibantu oleh para menteri-menterinya. Kebijakan yang dilakukan para pemimpin-pemimpin tersebut membuat Jepang mengalami kemajuan signifikan. Sepertinya politik isolasi yang dijalankan oleh pemerintahan Tokugawa berhasil untuk membentuk pribadi rakyat Jepang dan sifat nasionalisme mereka yang disebut ideologi bushido. Pendidikan di masa Tokugawa walaupun pengaruhnya terbatas hanya pada golongan samurai ke atas, tetapi cukup membantu dalam menghentaskan buta huruf dan menumbuhkan kemampuan menulis rakyat Jepang. Hal itu membantu Restorasi Meiji sukses dalam waktu yang cepat.

Kebijakan fundamentalis yang dimunculkan pada masa Meiji adalah dihapuskannya kelas-kelas yang membatasi masyarakat. Hal itu dilakukan untuk memberikan kesetaraan dalam berbagai hal khususnya pendidikan sehingga setiap orang berhak dan mampu untuk memiliki pendidikan yang tinggi demi kemajuan bangsa Jepang. Golongan Samurai setelah kebijakan ini tidaklah lagi mendapat tempat di masyarakat Jepang. Tentunya mereka harus melebur dengan masyarakat lainnya. Gaji yang biasa dibayarkan kepada Samurai pun tidak ada lagi sehingga para Samurai harus berusaha dalam menyambung hidupnya dan mencoba pekerjaan lainnya. Anehnya kebijakan yang merugikan golongan Samurai ini dilakukan oleh golongan Samurai sendiri yang memang menjadi pemimpin di pemerintahan. Sifat dan ideologi patriotik para Samurai ini memang menjadi teladan. Walaupun harus susah, mereka rela demi kemajuan bangsanya.

Kebijakan fundamentalis yang kedua adalah pendidikan wajib yang bebas untuk semua rakyat Jepang. Hal ini memungkinkan untuk siapapun mendapatkan pendidikan yang layak dan membantu perkembangan Jepang sebagai suatu negara. Awalnya pendidikan wajib diprogramkan selama 4 tahun, tetapi seiring perkembangannya pendidikan dinaikkan menjadi 6 tahun bahkan sampai 9 tahun. Pembelajaran utama yang ditanamkan adalah pertama sifat patriotik dan loyalitas kepada negara, kedua yaitu meningkatnya mutu pendidikan, dan yang ketiga adalah tumbuhnya semangat untuk belajat. Semua itu untuk mewujudkan semboyan fukoku kyohei. Nantinya kebijakan pendidikan ini akan sangat berpengaruh pada perkembangan ekonomi Jepang karena dengan pendidikan tersebut sumber daya manusia semakin berkualitas.

Kebijakan fundamentalis yang ketiga dari para pemimpin disekeliling kaisar adalah ekonomi yang mandiri. Bangsa Jepang tahu akibat jika bergantung pada bangsa Barat. Setiap keperluan diusahakan untuk mandiri. Dalam perindustrian awalanya Jepang mengimpor mesin yang mahal harganya kemudian mereka membongkar mesin tersebut untuk dipelajari dan mencoba membuat yang sama. Hal seperti itu terus dilakukan untuk mewujudkan Jepang yang mandiri walaupun banyak kegagalan yang dialami. Kemudian kebijakan wajib militer bagi seluruh rakyat Jepang menjadi kebijakan fundamentalis yang keempat. Perubahan yang dialami golongan Samurai pada era Meiji membuat pemerintah perlu menerapkan kebijakan wajib militer untuk menggantikan posisi Samurai sebagai penjaga negara. Kebijakan terakhir adalah sistem perpajakan yang berubah dari dibayar dengan hasil tanah pada zaman Tokugawa dan pada era Meiji pajak dibayar dengan uang tunai. Sistem perpajakan tersebut membuat Jepang mengalami pendapatan yang teratur untuk menopang perekonomiannya.

Kebijakan-kebijakan fundamental tersebut merupakan proses perubahan bangsa Jepang secara signifikan. Menjalankan kebijakan tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan segala sektor di Jepang. Kebijakan-kebijakan tersebut nantinya akan memberikan kekuatan besar bagi Jepang untuk menjadi negara yang maju.

Oleh Ahmad Zainudin
Jakarta, 2017


Sumber:

A., Teguh. Pengaruh  Restorasi Meiji Terhadap Eksistensi Samurai Kelas Samurai. Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2013.

Dewi, Dyah Pramesti Shinta. Keterlibatan Han Chosu dalam Restorasi Meiji. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1996.

Kartika, Diana. Revolusi Industri pada Zaman Meiji. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1991.

Maris, Masri. Eds. Jepang Selama Dua Abad Perubahan terj. dr. Marius B. Jansen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983.

Nugroho, Erytreeanto Adi. Han Chooshuu: Peranan dan Perjuangannya dalam Restorasi Meiji. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2002.

Suryohadiprojo, Sayidiman. Belajar dari Jepang: Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup. Jakarta: UI Press, 1987.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dakwah Islam di Indonesia dan Dakwah Era Kemerdekaan

Politik Isolasi Jepang Pada Masa Pemerintahan Tokugawa

Sejarah Flu Burung di Dunia