Penamaan dan Pemberian Gelar pada orang Makasar
Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas pada budayanya. Hal itu tidak terlepas dari budaya pemberian nama bahkan juga dengan gelar. Budaya pemberian nama dan gelar bagi orang-orang Makasar dahulu sangatlah unik. Kita mungkin mengetahui nama Sultan Hasanudin tetapi tidak dengan nama lengkapnya. Nama lengkap Sultan Hasanudin adalah Muhammad Bakir I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Sultan Hasanudin Tumenanga ri Balla’ Pangkana. Nama lengkapnya begitu panjang bukan? Hampir semua raja-raja Makasar kurang lebih mempunyai nama lengkap sepanjang itu. Tentunya hal tersebut memiliki alasan mengapa orang-orang Makasar dahulu memberikan nama lengkap yang begitu panjang.
Pemberian nama dan gelar orang-orang Makasar sudah ada sebelum Islam masuk ke Makasar. Orang-orang Makasar memberikan nama pada anak mereka biasanya dilakukan berdasarkan masa dan tingkatan sosialnya. Sedangkan dalam pemberian gelar didasarkan pada hal yang berhubungan dengan orang tersebut ketika masa-masa tertentu. Nama-nama yang ada memiki macam-macam jenis. Berikut adalah macam-macam nama pada adat Makasar.
Penamaan dalam adat Makasar memiliki keunikan. Jenis nama yang begitu banyak menjadikan orang-orang Makasar memiliki nama lengkap yang begitu panjang. Sultan Hasanudin memiliki nama lengkap Muhammad Bakir I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Sultan Hasanudin Tumenanga ri Balla’ Pangkana. Muhammad Bakir I Mallombassi merupakan nama dirinya, Daeng Mattawang merupakan nama Daeng, Karaeng Bontamangape merupakan nama Karaeng, gelar sultannya Sultan Hasanudin, dan gelar anumertanya ialah Tumenanga ri Balla' Pangkana.
*Tulisan sebagian besar diambil dari buku Sultan Hasanudin Ayam Jantan dari Ufuk Timur, karya Sagimun M.D. terbitan Balai Pustaka di Jakarta tahun 1992.
Sultan Hasanudin Sumber: biografiku.com |
Pemberian nama dan gelar orang-orang Makasar sudah ada sebelum Islam masuk ke Makasar. Orang-orang Makasar memberikan nama pada anak mereka biasanya dilakukan berdasarkan masa dan tingkatan sosialnya. Sedangkan dalam pemberian gelar didasarkan pada hal yang berhubungan dengan orang tersebut ketika masa-masa tertentu. Nama-nama yang ada memiki macam-macam jenis. Berikut adalah macam-macam nama pada adat Makasar.
1. Areng Dondo-Dondo (Nama Topeng)
Pada waktu kecil dan sebelum diberikan nama asli untuk diri si anak, mereka akan diberi nama topeng. Jenis nama itu disebut dalam bahasa Makasar sebagai Areng Dondo-Dondo yang memiliki maksud areng berarti nama dan dondo-dondo yang berarti topeng. Pemberian nama topeng dimaksudkan untuk menipu dan menakut-nakuti orang yang berniat jahat pada anak itu. Biasanya nama topeng tersebut lucu dan selain itu nama tersebut bersifat sementara sampai dia agak besar (biasanya pada usia tiga tahun) untuk mendapatkan nama dirinya. Nama topeng misalnya adalah I Japang (orang Makasar biasanya memberikan I pada awal nama yang gunanya bisa diartikan sebagai ‘Si’). Nama itu diberikan karena si anak dinilai mirip seperti orang Jepang. Contoh lainnya adalah I Makka karena si anak lahir di Mekkah saat orang tuanya pergi ke Tanah Suci (M.D., 1992:55).2. Areng ri Kale (Nama Diri)
Areng ri Kale memiliki arti areng = nama, ri = ada atau di, dan kale = diri. Dengan begitu Areng ri Kale berarti nama diri atau nama diri sendiri (M.D., 1992:56). Setelah nama topeng dicabut pada usia kira-kira tiga tahun, si anak akan diberikan nama diri. Saat pemberian nama diri pada anak nantinya akan diadakan upacara adat. Pemberian nama diri ada dua macam yaitu dengan nama asli Makasar atau dengan nama Arab. Pemberian nama Arab pada budaya penamaan orang Makasar baru ada setelah Islam masuk ke Makasar dan masyarakatnya memeluk Islam. Nama diri tidak boleh disebut sembarangan. Menurut adat Makasar jika seseorang memiliki gelar atau nama yang lebih tinggi, nama diri tidaklah pantas untuk disebut.3. Areng Paddaengang (Nama Daeng)
Nama Paddaengang atau disebut juga nama Daeng (karena pada penamaannya diberikan gelar Daeng) merupakan nama gelar yang diberikan ketika seseorang sudah dianggap dewasa. Pemberian nama Paddaengang merupakan suatu keharusan khususnya bagi orang yang berasal dari keluarga baik-baik atau keluarga bangsawan. Setelah seseorang mendapatkan nama Paddaengang maka dia tidak lagi dipanggil dengan nama dirinya (Areng ri kale). Jika seseorang mempunyai nama diri Ibrahim dan nama Paddaengang Daeng Mappuji, maka orang-orang haruslah memanggil dia dengan sebutan Daeng Mappuji bukan dengan nama Ibrahim. Nama-nama Paddaengang umumnya memiliki arti dan juga harapan yang baik bagi si pemilik nama. Salah satu contohnya adalah Daeng Mappuji (artinya yang terpuji).4. Areng Pakkaraengang (Nama Raja)
Areng Pakkaraengang merupakan nama ataupun gelar yang diberikan untuk raja-raja kecil yang berkuasa di bawah Kerajaan Gowa dan juga untuk golongan anak raja-raja (Anak Karaeng). Biasanya nama Karaeng ini diberikan sesuai tempat atau daerah si Raja berkuasa. Contohnya adalah nama Karaeng Galisong yang dapat diartikan bahwa dia merupakan Raja di wilayah Galisong. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa jika seseorang sudah memiliki nama yang lebih tinggi derajatnya maka dia tidak pantas dipanggil dengan nama dibawahnya. Artinya jika seseorang sudah memiliki nama Karaeng maka dia tidak boleh dipanggil dengan nama Daeng ataupun nama dirinya. Jika melanggar adat tersebut maka orang yang melanggarnya dianggap kurang ajar dan tidak tahu tata krama.5. Gelar Sultan
Gelar Sultan hanya didapatkan jika seorang anak Karaeng sudah menaiki takhta Kerajaan Gowa dan dinyatakan sah menjadi Raja/Sultan Gowa. Gelar ini tentunya baru ada setelah Islam menjadi agama resmi di Kerajaan Gowa-Tallo dan berubah menjadi Kesultanan. Gelar Sultan pada Raja Gowa pertama kali disematkan pada Raja Gowa ke-14 yaitu I Mangngarangngi Daeng Manra'bia yang dikenal juga dengan gelar Sultannya yaitu Sultan Aludin. Sultan Alaudin adalah Raja Gowa yang pertama kali masuk Islam.6. Nama Anumerta
Nama anumerta merupakan nama yang diberikan pada raja-raja sebagai bentuk penghormatan setelah mereka meninggal. Nama anumerta disematkan berdasarkan kejadian, tempat atapun sifat meninggalnya raja tersebut. Contohnya adalah Raja Gowa ke-9 yaitu Karaeng Tumapa'risi Kallona yang dapat diartikan sebagai Raja yang sakit lehernya karena ia meninggal karena sakit leher.Penamaan dalam adat Makasar memiliki keunikan. Jenis nama yang begitu banyak menjadikan orang-orang Makasar memiliki nama lengkap yang begitu panjang. Sultan Hasanudin memiliki nama lengkap Muhammad Bakir I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Sultan Hasanudin Tumenanga ri Balla’ Pangkana. Muhammad Bakir I Mallombassi merupakan nama dirinya, Daeng Mattawang merupakan nama Daeng, Karaeng Bontamangape merupakan nama Karaeng, gelar sultannya Sultan Hasanudin, dan gelar anumertanya ialah Tumenanga ri Balla' Pangkana.
*Tulisan sebagian besar diambil dari buku Sultan Hasanudin Ayam Jantan dari Ufuk Timur, karya Sagimun M.D. terbitan Balai Pustaka di Jakarta tahun 1992.
Komentar
Posting Komentar